Penemuan beberapa “gunung piramid” seperti Gunung Putri di Garut, Gunung Sidahurip, dan juga situs megalitikum di daerah Gunung Padang yang kesemuanya ditemukan di Provinsi Jawa Barat menggemparkan dunia arkeologi kita. Betapa tidak, gunung yang selama ini dianggap hanya sebagai gunung biasa oleh masyarakat sekitar ternyata diduga oleh para ahli sebagai piramid besar yang tertimbun oleh tanah berjuta-juta tahun yang lalu. Apabila dilihat secara seksama, gunung tersebut memang tampak berbeda dengan gunung-gunung lain, yaitu berbentuk piramid sempurna. Selain itu, hipotesis tentang gunung piramid dikuatkan oleh penelitian hasil riset geolistrik di Gunung Sadahurip di Garut, Jawa Barat, menunjukkan struktur serupa dengan Gunung Padang. Ada lapisan batuan yang bukan buatan alam.
Walaupun belum terbukti secara ilmiah dan juga belum ada langkah-langkah selanjutnya untuk membuktikan hipotesis tersebut, penemuan ini tentunya sangat membanggakan kita. Karena diperkirakan piramid-piramid yang ada di gunung-gunung tersebut usianya lebih tua dari Piramid Giza di Mesir, yang merupakan piramid tertua dan terbesar di dunia.
Penemuan beberapa piramid di Indonesia seolah menguatkan hipotesis seorang profesor asal Brazil, Prof. Arysio Santos dalam bukunya yang berjudul Atlantis; The Lost Continent Finally Found, The Devinitive Localization of Plato’s Lost Civilization (2005) yang menyatakan bahwa sebagian wilayah Indonesia yang terletak di sebelah barat (dalam buku tersebut dinamakan dengan Sundaland, yang terdiri dari Pulau Kalimantan, Jawa , dan Sumatra) merupakan wilayah Atlantis yang hilang. Dalam buku tersebut menampilkan 33 perbandingan, seperti luas wilayah, cuaca, kekayaan alam, gunung berapi, dan cara bertani, seperti sistem terasisasi sawah yang khas Indonesia, menurutnya, ialah bentuk yang diadopsi oleh Candi Borobudur, Piramida di Mesir, dan bangunan kuno Aztec di Meksiko . Luar biasa.
Mitos tentang Atlantis dicetuskan pertama kali oleh seorang filsuf Yunani Kuno, Plato (427-347 SM) dalam buku Critias dan Timaeus. Garis besar kisah pada kedua buku tersebut adalah menceritakan tentang adanya negeri yang berada di sebuah benua di atas Samudra Atalantik arah barat laut yang sangat jauh, dimana daerah tersebut dihuni oleh bangsa yang bangga dengan peradabannya yang menakjubkan. Negeri itu menghasilkan emas dan perak yang tak terhitung banyaknya. Istana negeri itu dikelilingi oleh tembok emas dan dipagari oleh dinding perak. Dinding tembok dalam istana bertahtakan emas, cemerlang dan megah.
Disana, tingkat perkembangan peradabannya memukau orang. Selain itu, mereka memiliki pelabuhan dan kapal dengan perlengkapan yang sempurna, juga ada benda yang bisa membawa orang terbang. Kekuasaannya tidak hanya terbatas di Eropa, bahkan jauh sampai daratan Afrika.Namun, setelah dilanda gempa dahsyat, tenggelamlah ia ke dasar laut beserta peradabannya, juga hilang dalam ingatan orang-orang (Budhi, 2010).
Walaupun mitos tersebut belum tentu kebenarannya, namun apabila kita melihat potensi yang masih ada di negeri kita sekarang, tentu bukan hal yang tidak mungkin apabila negeri kita dulu merupakan Atlantis yang di maksud oleh Plato. Banyaknya emas dan perak yang terkandung di bumi Indonesia ini, banyaknya gunung berapi di Indonesia yang mengakibatkan tsunami pada zaman dahulu seperti pada Gunung Krakatau dan Gunung Tambora, dan juga apabila kita melihat peta negeri kita pada zaman Pleistosen, kita akan menemukan bahwa dulu Pulau Sumatra, Jawa, dan Kalimantan pernah bersatu, tentu menguatkan mitos yang dikemukakan oleh Plato dan penelitian selama 30 tahun oleh Prof. Arysio Santos. Wallahualam..
Jadi, tetaplah bangga dengan negara kita. Walaupun sekarang banyak sekali korupsi yang terjadi dimana-mana, kecelakaan terjadi di berbagai pelosok daerah, kemiskinan melanda tak henti-hentinya, konflik banyak meletus , itu mungkin cobaan bagi kita semua. Sebagai generasi muda, kita harus optimis terhadap masa depan negara kita. Tuhan mungkin sedang merencanakan yang lebih baik bagi negeri kita suatu saat nanti. Percayalah.
What we are right now, is a product of our past. If we don’t like what we see today, we change it. We make it happen. It may not be for the benefit of our own, but by God, it will be for the benefit of our children’s children (Pandji Pragiwaksono).
Sumber: Budhi, S. Patrick Tava. 2010. Misteri Kota Atlantis dan Masa Depan Indonesia. Grafindo Litera Media: Yogyakarta.
1 komentar:
Setuju Mas, tetap setia mencintai Indonesia, meski kini jadi sarang koruptor. Jayalah negeriku tercinta. Meski sekarang sedang amburadul, namun akan tetap jadi negara yang "Gemah Ripah Lohjinawi" (makmur). Begitulah adanya....atau takdirnya, seperti diramalkan para sesepuh kita.
Salam kompak:
Obyektif Cyber Magazine
(obyektif.com)
Posting Komentar